Malam ini saya cemas. Malam ini saya merasa bahwa saya tidak cukup siap untuk mengerjakan persiapan skripsi. Malam ini saya tahu bahwa mengerjakan tugas lebih baik daripada membaca literatur untuk skripsi. Malam ini saya menyadari bahwa saya tidak ada attachment yang cukup kuat dengan lokasi penelitian saya. Saya sadar bahwa saya masih anak-anak yang tidak ingin dewasa secepat ini (baca : lulus kuliah).
Hari ini sidang seminar proposal saya yang pertama. Saya senang dengan penampilan saya. Sebagai penampil pertama, saya rasa saya cukup siap dan prima. Okei, agak lebay untuk kata prima, karena faktanya saya pusing sedari bangun, bahkan hingga sekarang. Jadi ketika saya tidak kenapa2 di depan saat mempresentasikan proposal saya, itu bisa dikategorikan sebagai penampilan yang prima. Berada di depan umum selama 20 menit, sedikit ditentang oleh penguji kedua perihal judul, disarankan untuk pemilihan lokasi, penekanan pada variabel. Err, banyak, tapi memang benar adanya. Saya sendiri sudah memikirkan hal2 tersebut, dan sedikit banyak tahu bagaimana cara mengatasinya. Syukurlah.
Namun, itu semua terasa sedikit aneh malam ini. Saya kehilangan informed consent saya. Informed consent sendiri amat saya perlukan meskipun yang akan saya lakukan hanyalah wawancara tahap awal. Mau tahu gimana rasanya informed consent ilang? Saya pengen nangis beberapa menit yang lalu. Bahkan sampai menganti status bbm saya, kali2 ada teman seangkatan yang bisa mengirimkan kepada saya. Dan benar saja, seorang teman mengirimkan. Jika tidak mendesak sih saya tidak sampai pengen nangis tapi karena ini mendesak, wajar rasanya saya pengen nangis. *cari pembelaan terus. hehehe.
Saya akan bergerak mencari subyek besok. Ah, saya tiba2 ingat, dosen asistensi saya pernah mengatakan bahwa sebagai peneliti, ada baiknya kita membuat juga catatan pribadi kita tentang jalannya penelitian. Sepertinya akan ada label khusus nanti di blog ini mengenai perjalanan penelitian dalam rangka skripsi saya. Aih, terlihat sekali saya penuh kecemasan malam ini ya bloggie? Iya, saya cemas. Saya cemas akan hal2 yang belum tentu terjadi. Saya cemas saya bukan pewawancara yang baik. Saya cemas saya emosional ketika bersama subyek saya. Eh, tapi mengingat saya harus bersikap netral sebagai peneliti, semoga saya bisa membuktikan kalau saya memang sudah selayaknya memasuki tahap ini. Lebih lanjut, saya layak mendapat gelar S.Psi tahun depan. *kait2 semua jari. hahaha.
Maapkan postingan tercemas saya malam ini. Huff.