Saturday, October 30, 2010

letter for beloved ones

Dear God,
Thanks to Your guideness for me in October.

Dear Dad,
Thank you, you've come back again to the city.

Dear mother,
I adore you.

Dear brother,
Thank you for making me cry these days. I'll support you all the way.

Dear baby brother,
Thank you for your sillyness. I miss you.

Dear close friends,
Thank you. I couldn't ask for more. Be healthy, be nice, be yourselves.

Dear eeyore and gloria,
You both aren't the sweetest ones, but we love you and will take care of you.

Dear homeland, Medan,
Please help me to appreciate you more.

Dear rain,
I've never thought that I could loathe you this much lately. Sorry.

Dear latte,
I wish I could have you today.

Dear D (or whatever name I gave you),
Thank you for the lurve-thing. Me likey a lot :)

The last,

Dear October,
Thank you. You are wondeful!

Thursday, October 28, 2010

Ragunan

Saya bukan pencinta binatang dan saya tahu bahwa adek saya lebih mencintai binatang dibandingkan saya. Sehingga ketika ide "mengunjungi Ragunan itu menyenangkan" dia kemukakan minggu lalu, saya hanya bisa pasrah untuk menemaninya. Jadilah minggu lalu kami ke Ragunan berdua. Itu sepertinya pengalaman pertama saya, karena saya tidak mengingat dengan jelas kebun binatang itu. Saya tahu saya pernah ke Taman Safari, tapi ke Ragunan, saya sangat lupa. 











Areal Ragunan amat luas, hari yang amat panas, pengunjung yang amat ramai. Tiga hal yang membuat saya tidak menikmati perjalanan di Ragunan. Namun apa yang ada di sana sih cukup lengkap. Khususnya untuk Primata, sampai ada lokasinya sendiri. Lengkap dengan saudara2nya. Hahaha. Pesan saya sih, jangan mengunjungi Ragunan di hari Sabtu atau Minggu, rame banget! 

Friday, October 22, 2010

Singapore in lomo


I've developed lomo's recent roll and got the result. Err, it's better in my opinion, among all rolls, but unlucky me it went worse in my picture. When i came to capture things (buildings, brigde, mall), the results were great, but when brother or friend took my picture with lomo, it was blurred. Sad me. Anyway, for these good pictures in Singapore (i remembered that almost all film on that roll were taken there), i share these pictures. Enjoy Singapore with my lomo.





Places : Merlion statue and nearby, Chinatown, and USS.

pulkam tersingkat

Minggu lalu saya menghilang seminggu karena berada di kota asal papa saya, Medan. Bahkan saya pergi ke sana berdua sama papa plus ditambah kedua om saya. Tujuan utama sih saya mau mencari subyek namun akhirnya kita malah ziarah ke makam opung (kakek-nenek) dari keluarga. Perjalanan pulkam kampung tersingkat sepanjang sejarah saya, tapi kadar komplitnya tetap tinggi. Hehehe..

Ada 1 tempat baru yang menarik untuk dikunjungi. Dibangun oleh seorang Jenderal ternama di Indonesia, T.B Silalahi di tanah kelahirannya, Balige. Jaraknya kurang lebih 6 jam perjalanan dari kota Medan. Daerahnya panas, namun ternyata memiliki areal besar berisi hal2 menarik seputar orang Batak. Saya salut sama bapak Jenderal ini. Dia membangun daerahnya sendiri, membudayakan Batak di tanah Batak, agar anak2 jaman sekarang tidak lupa tentang leluhur mereka. Areal itu bernama T.B Silalahi Center. 











Wednesday, October 13, 2010

power of rupiah

Kemaren, saya dikasih kertas bertuliskan Power of Rp dari seorang teman. Bukan kertas sih, karena bisa dibentuk seperti celengan kotak. Bahan kertasnya cukup keras, dan gambarnya pun menarik. Kata2nya juga.




Setelah kotaknya dilipat sesuai dengan bentuknya, isilah koin sepenuh2nya. Di situ tertulis bahwa tanggal 17 Oktober adalah Hari Pemberantasan Kemiskinan Sedunia. Upaya pengumpulan koin ini adalah salah satu cara memberantasan kemiskinan ini. Aksi kecil dari saya dan teman2 lain yang juga mengumpulkan koin semoga bermanfaat untuk mereka semua. Saatnya saya mengumpulkan koin2 ini, dan semoga ada hal yang membahagiakan bagi anak2 ini dengan adanya koin2 saya dan kamu.
Changing lives, one coin at a time.

Tuesday, October 5, 2010

cemas

Malam ini saya cemas. Malam ini saya merasa bahwa saya tidak cukup siap untuk mengerjakan persiapan skripsi. Malam ini saya tahu bahwa mengerjakan tugas lebih baik daripada membaca literatur untuk skripsi. Malam ini saya menyadari bahwa saya tidak ada attachment yang cukup kuat dengan lokasi penelitian saya. Saya sadar bahwa saya masih anak-anak yang tidak ingin dewasa secepat ini (baca : lulus kuliah).

Hari ini sidang seminar proposal saya yang pertama. Saya senang dengan penampilan saya. Sebagai penampil pertama, saya rasa saya cukup siap dan prima. Okei, agak lebay untuk kata prima, karena faktanya saya pusing sedari bangun, bahkan hingga sekarang. Jadi ketika saya tidak kenapa2 di depan saat mempresentasikan proposal saya, itu bisa dikategorikan sebagai penampilan yang prima. Berada di depan umum selama 20 menit, sedikit ditentang oleh penguji kedua perihal judul, disarankan untuk pemilihan lokasi, penekanan pada variabel. Err, banyak, tapi memang benar adanya. Saya sendiri sudah memikirkan hal2 tersebut, dan sedikit banyak tahu bagaimana cara mengatasinya. Syukurlah.

Namun, itu semua terasa sedikit aneh malam ini. Saya kehilangan informed consent saya. Informed consent sendiri amat saya perlukan meskipun yang akan saya lakukan hanyalah wawancara tahap awal. Mau tahu gimana rasanya informed consent ilang? Saya pengen nangis beberapa menit yang lalu. Bahkan sampai menganti status bbm saya, kali2 ada teman seangkatan yang bisa mengirimkan kepada saya. Dan benar saja, seorang teman mengirimkan. Jika tidak mendesak sih saya tidak sampai pengen nangis tapi karena ini mendesak, wajar rasanya saya pengen nangis. *cari pembelaan terus. hehehe.

Saya akan bergerak mencari subyek besok. Ah, saya tiba2 ingat, dosen asistensi saya pernah mengatakan bahwa sebagai peneliti, ada baiknya kita membuat juga catatan pribadi kita tentang jalannya penelitian. Sepertinya akan ada label khusus nanti di blog ini mengenai perjalanan penelitian dalam rangka skripsi saya. Aih, terlihat sekali saya penuh kecemasan malam ini ya bloggie?  Iya, saya cemas. Saya cemas akan hal2 yang belum tentu terjadi. Saya cemas saya bukan pewawancara yang baik. Saya cemas saya emosional ketika bersama subyek saya. Eh, tapi mengingat saya harus bersikap netral sebagai peneliti, semoga saya bisa membuktikan kalau saya memang sudah selayaknya memasuki tahap ini. Lebih lanjut, saya layak mendapat gelar S.Psi tahun depan. *kait2 semua jari. hahaha.


Maapkan postingan tercemas saya malam ini. Huff.