Tuesday, August 2, 2011

Maicih oh Maicih

Yak kisah bermulai dari saya masih kecil. Kesenangan anak lain mungkin cake coklat, chokichoki (Sitohang! haha), wafer coklat, bahkan segala jenis ciki, ada Chitato, Cheetoz, JetZ, dll dll, tapi saya nasi. Saya terlahir dengan lidah asli Siahaan, seperti ayah saya yang bertubuh agak tambun dan tidak doyan ngemil. Sebaliknya, kedua adik saya cenderung mengikuti lidah keluarga mama, senengnya makan manis-manis, coklat, permen, dan gula pasir. Saya sama papa yang balik kompak teriak kalo kita itu butuh makan nasi di siang hari, bukannya bergembira bersama mama dan adik-adik yang asyik melahap roti tawar plus mentega dan meses. Oh no, itu bukan porsi saya. Nasi dan lauk + lauk + lauk adalah pelibur lara hati ini. Hihihi.

Meski demikian saya betah makan krepek. Krauk krauk krauk. Makannya bunyi dan nikmat. Maka kenalnya saya dengan Pringles, Kusuka, dan krepek pisang. Yang terakhir disebutkan adalah kesukaan saya. Merk favorit saya adalah YenYen. Familiar? Tentu, secara itu kerepek yang paling terkenal sebagai oleh-oleh dari kota kelahiran saya, Bandar Lampung. Sang pacar pun turut merasakan kegilaan saya makan kerepek pisang ini. Sebungkus sehari sih yang paling record hingga akhirnya dia giat mencari orang yang menjual kerepek pisang ini. Tedenggg. Kalau pada mau saya mau save nomor teleponnya loh. Murmer dan asli dari Lampung! Hehehe.

Sekarang ini, posisi kerepek pisang di hati saya mulai digeser oleh kerupuk setan dan teman-temannya. Bermula dari plesir ke kota kembang alias Bandung yang gila kuliner, berakhirlah saya membawa cemilan2 rendah lemak yang krauk krauk itu ke ibukota. Hitungan jam ludes. Lidah saya gemar sekali sama yang pedas-pedas. Kerupuk setan sendiri sempat populer sebelum akhirnya porsi makin sedikit dan makin tidak pedas (tipikal produsen indo). Dan tadaaaa, tiba-tiba Maicih datang.

Berbekal banyak varian model keripik Maicih pun mulai mendominasi pasar. Eh sebelumnya saya agak bingung dengan kerepek dan keripik (tentu saja saya tau kerupuk yang bagaimana. yang unyil ato kerupuk warteg kan ya? bukan emping kan? *tepok jidat). Yah pokoknya Maicih ini disebut keripik. Ada 3 varian, ada keripik pedas-level pedas 3, 5, dan 10, terus ada gurilem-bentuk agak panjang namun berasa kacang (langsung saya keluarkan dari list karena benar-benar tidak bisa saya makan karena mengandung kacang) dan seblak-semacam kerupuk pedas.

Metode jualannya pun unik, yakni via twitter. Dengan mem-follow account mereka, @infomaicih, kita akan dapat keterangan di mana saja mereka gentayangan-istilah mereka jualan. Biasaya mereka jualan di mobil, atau stand mall. Hebatnya tidak hanya di Bandung saja mereka jualan. Minggu lalu ketika hendak berburu Maicih di Bandung, timeline mereka bahkan sudah ada di Balikpapan! Awalnya saya cenderung meremehkan promosi seperti ini, apakah memang selaku itu hingga terlihat seperti kejar-kejaran sama pembeli. Eh, ternyata ketika saya datang, keripik level 10 sudah ludes terbeli T.T Ketika disusul ke tempat berikutnya, ternyata tidak ada keripik. Yak, dalam sehari itu, saya sudah dipermainkan oleh Maicih di 3 tempat berbeda! Maicih oh Maicih.

 seblak dan gurilem @infomaicih. maap keripiknya lupa difoto, keburu abis. hehe.

makaroni, keripik singkong level 10, basreng @maicih. packaging lebih aman. 

Eh tapi ya kawan-kawan yang budiman, melengkapi post yang panjang ini, pada akhir perjalanan saya di Bandung, teman mengenalkan saya kepada Maicih lain, yakni @maicih. Secara follower memang lebih sedikit dari yang pertama, tapi tak kalah laku juga dipasarkan. Tempatnya pun tidak perlu kejar-kejaran dengan para jenderal-istilah distributor Maicih. Dan yang paling penting ada nomor BPOM-nya alias ini aman dikonsumsi. Pedasnya pun tidak segila yang pertama. Bahkan level 10-nya tidak bikin orang nangis. Sedikit cerita saya saja hampir nangis untuk level 5, bagaimana level 10 ya? Saya pingsan tampaknya. Seperti halnya @infomaicih, @maicih juga punya varian, seperti macaroni, basreng-bakso ikan, dan juga  keripik singkong Maicih dengan berbagai level.

Yah, tapi semuanya kembali ke teman-teman, masih sayang lambung ato tidak. Saya sih lebih memilih Maicih kedua, lebih aman, dan bungkusnya lebih ciamik. Saya pun tidak perlu bersin-bersin karena secara nyata bumbu yang digunakan @maicih jauh lebih sedikit. Yang pasti sekarang saya mau menghabiskan basreng saya dulu ya. Hidup Maicih!

Info selengkapnya plus jasa delivery ada di sini.

1 comment:

Dna percetakan said...

memang Maicih di buru banyak orang sampai sampai aku sendiri blm ngerasain tpi lihatlah artikelku...

http://supriatna87.blogspot.com/2011/07/berburu-kripik-maicih.html