Wednesday, January 20, 2010

ada apa di koran kemarin?

Saya bukan orang yang suka membaca koran. Biasanya saya hanya baca headlines di halaman pertama saja. Selebihnya bagian lifestyle (baca: gosip) sajalah yang menarik minat saya. Yah, membaca koran hanya sekedar kebutuhan biasa bagi saya. Ketika hendak membeli handphone, saya fokus kepada halaman jualan handphone. Ketika kasus di politik heboh dan saya segan bertanya kepada papa, lebih karena malas diceramahin karena tidak tahu perkembangan politik di Indonesia, saya pun memilih mengikuti kasusnya di televisi. Meskipun harus saya akui papa saya akan menjelaskan secara terperinci tentang itu. Untuk hal ini, saya perlu menggelari papa saya sebagai ensiklopedia politik berjalan Indonesia. Hahaha..

Sekarang, setelah hampir sebulan berada di rumah sendiri, saya pun rajin membaca koran, hampir setiap hari (koran tidak ada hari Minggu). Namanya adalah koran Manado Post. Mungkin hanya itu koran yang bisa dipertanggungjawabkan beritanya di Manado ini. Seperti halnya Kompas terhadap Pos Kota. Barometer koran di kota ini pun dilihat dari Manado Post. Tapi, tidak selamanya koran itu memuat berita. Nyatanya di koran apapun, komposisi iklan masih cukup banyak. Bahkan di Manado Post. Seperti halnya di koran kemarin. Iklan handphone benar2 merajai koran. Ada 3 halaman yang penuh dengan iklan sejenis. Yang menarik adalah, semua handphone yang terpampang adalah handphone jenis blackberry dan blekberi-an lainnya. Handphonenya sama semua tipenya, meskipun harganya relatif jauh berbeda, begitu pun kualitasnya.

Tapi saya tidak hendak membahas handphone lebih lanjut. Punya 1 blackberry saja sudah membuat saya pusing dengan urusan OS-nya, jadi saya tidak butuh blekberi lainnya. Yang ingin saya ceritakan adalah 2 halaman yang buat mata saya hampir juling membacanya dengan cermat. Halaman lowongan kerja. Saya bukan sedang dan berniat mencari pekerjaan dalam waktu dekat. Saya masih puas dengan pekerjaan saya sebagai mahasiswi (mahasiswi itu pekerjaan, kan?) dan tidak dalam tuntutan "perut dan dapur". Saya akan lulus tahun depan (AMEN) sebagai seorang sarjana Psikologi dan meskipun papa menganjurkan agar langsung mengambil master, saya masih bingung dengan bidang kerja yang akan saya tempuh nantinya.

Sejauh saya baca, ada beberapa yang meminta pekerja seorang sarjana Psikologi. Namun lainnya, nihil. Saya jadi bingung sendiri. Apakah dengan mengambil master maka pekerjaan itu akan datang kepada saya. Apakah saya tidak bisa menghidupi diri saya sendiri nantinya? Apakah tidak akan datang kesempatan kepada saya mengembangkan Manado sebagai seorang sarjana psikologi atau bahkan master? Saya bisa sekedar berpikir bahwa itulah koran Manado, tidak ada pekerjaan yang "cukup tepat" untuk lulusan psikologi di kota ini. Semoga itu benar dan akan berubah di tahun2 mendatang. Yah, kalau pun tidak, saya pun harus menerima pemikiran papa saya, bahwa kuliah di Jakarta, maka kerja-nya di Jakarta pula. Pemikiran yang tepat? Untuk saat ini iya dan saya harus mengakuinya.

Dan saya pun penasaran. Akan ada apa di koran pada tahun2 mendatang? Khususnya koran Manado, sebagai kota di Indonesia Timur yang hendak menyusul perkembangan kota2 besar lainnya di Indonesia. Adakah lebih banyak lowongan kerja di bidang industri untuk kami? Adakah posisi bagi kami? (*kami=sarjana psikologi). Ah, juga tipe handphone apa yang ada di koran tahun2 mendatang ya? hehehe..

No comments: