Salah satu bagian penting dari keseharian kita manusia modern adalah televisi (tv). Siapa sekarang yang bisa hidup tanpa tv? Saya ga bakalan ancungin tangan. Saya pecinta tv. Jujur. Saya gemar tidur-tiduran sambil nonton tv. Saya gemar makan sambil nonton tv. Bahkan saya senang ditonton tv (sambil ketiduran) hehehe. Tapi pernah ada 4 bulan dalam hidup ini, saya berhasil tanpa tv!
Waktu pindah kuliah ke Jakarta, orangtua saya membekali kamar kos saya dengan amat sederhana. Lemari saya hanya lemari anak kecil, yap, dengan tinggi hanya sedada saya. Kaca hanya 1 yakni kaca wastafel. Bahkan piring hanya dikasih teman. Walah jadi malu. Bukannya orangtua tidak mampu membelikan saya apa-apa, tapi mama saya masih bingung apa yang harus dibelikan untuk kamar kos yang kecil. Disamping mama terlalu sedih dan syok (serius!) melepas anak sulungnya pergi merantau. Itu masa sedih untuk mama, saya pun demikian. Tapi ketika adik hendak merantau, keadaan sudah berbeda. Mama sudah lebih mantap membeli ini-itu untuk adik dan kamar pertamanya pun lebih mantap dari saya.
Akhirnya, selama 4 bulan perkuliahan (pertengahan Agustus - pertengahan Desember) saya resmi tanpa tv dan tanpa ac, saudara-saudari. Bisa bayangkan bagaimana itu? Saya berusaha bertahan, dan untungnya tetangga samping kamar, sahabat saya, Arlene (cium Arlene) punya tv gede. Jadi deh pada malam-malam tertentu saya ikutan nonton di kamarnya, kalau tidak ya mari bengong di kamar, yukkk. Hihihi.
Berhubung papa saya beli rumah pada semester 2, jadilah saya dapat tv bekas. Ukuran 11" yang konon digunakan oleh ombul (baca: om bule) pemilik rumah. Saya pun naik tingkat pindah ke kamar ber-ac karena kebetulan ada yang kosong. Semua mungkin kuasa ip bagus saya didengar oleh Tuhan dan papamama. Hihihi. Jadilah saya dapat jackpot, tv dan ac pada waktu yang sama. Meskipun tv ini tidak memiliki remote, saya tetap menerimanya dengan senang hati :)
Hingga akhirnya kondisi tanpa remote itu menyiksa saya dan mengharuskan saya berburu remote. Amat disayangkan merk tv saya memalukan, EIKI, entah merk dari mana itu. Sehingga pemburuan remote saya agak panjang, karena tidak ada remote multiple yang mutlak menuliskan merk EIKI pada list merk-nya. Huhuhu. Akhirnya saya menemukan toko di mangga dua square yang menjual remote-nya. Haleluyah!
Setelah 2 tahun pake remote, tiba-tiba dia ngadat. Saya kembali ke mangdu beli remote, tetap ngadat. Saya sadar, connector tv dan remote sudah mati. Kemampuan tv mureh pun berkurang drastis, saya harus berdiri tiap hendak mengganti chanel. 2 remote multiple pun menganggur. Kalau ada yang butuh, hubungi saya saja. Hehe. Sekarang tv mureh kembali beraksi. Tidak ada gambar! Ohmaigat! Bagaimana nasib saya tanpa tv?
Saya masih jobless sejati dan perlu hiburan dalam kamar. Tv ada sohib setia saya. Dari bangun hingga tidur dia tak pernah berhenti menyenangkan telinga dan mata saya (berhubung gambar di tv mureh tidak pernah mulus bak gambar HD di lcd, saya lebih memilih mendengar tv daripada menontonnya hehehe). Bagaimana ini? Saya sudah memelintir kabel-kabelnya. Sudah copot pasang dan berdoa namun siaran tv mureh tak kunjung muncul. Huhuhu. Saya sadar mungkin inilah saat saya melepaskan dia pergi.
Besok saya hendak mencoba cara terakhir, dengan membeli antena internal baru. Jika memang tv mureh tidak rusak, pasti saya bisa menonton kembali. Namun jika tidak, mulai besok hingga saya dapat kerja, saya tidak menonton tv. Hwuahhh! Saya harap itu tidak lama lagi. Tv mureh sudah jadi bagian dalam kisah kuliah saya. Mulai dari keluarga, teman-teman dan pacar saya pernah menikmatinya. Tv mureh juga menemani saya tidur, mandi, makan, setiap hari. Ah tv mureh, jangan dulu rusak donggg. Saya tak punya cukup keberanian meminta penggantimu sama babeh. Apalagi mau naik tingkat beli lcd. Hehehe, bisa digeret nanti.
Tapi jika waktumu sudah tiba, saya rasa saya bisa rela tv mureh. Setidaknya hidupmu sudah berjasa dalam hidup saya. Kamu juga memberi pelajaran, bahwa saya tidak bisa memiliki apapun dalam waktu bersamaan. Mungkin kata-kata ini lebih dalam saya maknai sendiri. Tapi tv mureh mengajari saya apa itu artinya memiliki sesuatu yang penting dalam keseharian yang tanpanya hidup kita tak lengkap. Kamar ini tak akan lengkap tanpa tv mureh. Kisahku pun tak akan lengkap tanpa tv mureh. Tv mureh, I still love you!
No comments:
Post a Comment